Saturday, July 12, 2014

Living in New Zealand : Penduduk dan Rumah

Sudah lama saya ingin posting tentang hidup disini. Baiklah, let's give it a try.

Ini tahun kedua saya tinggal di New Zealand. Saya tinggal di Hamilton, sebuah kota dengan penduduk sekitar 209.300 jiwa (2012), kira-kira 238.7 jiwa per km2. Dari kepadatan penduduk, Hamilton tentunya berbeda dengan kota Palembang yang berpenduduk 1,7 juta jiwa dengan kepadatan 4.800 jiwa per km2. Hamilton juga berbeda dengan kota Los Angeles yang berpenduduk kurang lebih sekitar 3,9 juta dengan kepadatan 3.176 km2. Boleh dikatakan, Hamilton tergolong kota yang sepi jika dibandingkan dengan Palembang dan Los Angeles. Jadi, cultural shock saya yang pertama adalah sepi ini. Jarang sekali melihat orang di jalanan, sepiii.. krik..krik..krik. :D Tapi wajar sih sebenarnya terasa sangat sepi, karena waktu pertama kali saya datang ke Hamilton itu masih libur musim panas, area kampus cukup sepi tentunya karena mahasiswa pada mudik. Selain itu, toko-toko (convenient stores) sudah tutup pada jam 5 sore, setelah pukul 5 daerah tempat tinggal saya makin sepi. 

Nah, ini rumah yang saya tempati di tahun pertama saya di Hamilton
Tahun kedua ini saya tinggal bersama dengan landlord dan dua orang flatmates. Rumahnya tetap multicultural karena kami berasal dari 3 negara yang berbeda walau sama-sama Asian country. 
Current flat


Nah, jadi di tahun pertama saya tinggal di resident hall yang di kelola oleh universityas, namanya Orchard Park Resident Hall. Saya tinggal di Cottage 16 dengan 3 orang lainnya dari Malaysia, Tonga, dan Afghanistan pada semester A, dan pada semester B, teman dari Tonga dan Malaysia digantikan oleh teman dari Swedia dan Mexico. Rumahnya jadi sangat multicultural, 4 gadis dari 3 benua :D.

Rumah kedua ini juga tidak terlalu jauh dari kampus, dengan sewa rumah yang sedikit lebih murah ketimbang ketika di Orchard Park. Saya merasa sangat nyaman dengan rumah ini. Landlordnya sangat baik, dan sewa rumah sudah include internet dan listrik. Kuota internet yang cukup besar membuat saya betah di rumah dan sangat mendukung komunikasi dengan keluarga yang jauh di Indonesia dan Amerika. Oh ya, sewa rumah di NZ harus dibayar per minggu. Karena ini juga, sewa kamar atau rumah disini terasa lebih mahal ketimbang dulu waktu saya tinggal di Amerika.

Walau awalnya saya sempat menggerutu karena sepinya Hamilton di bulan-bulan awal kedatangan saya ke New Zealand, sekarang saya benar-benar menikmati tinggal di Hamilton yang tenang. Benar kata beberapa teman, Hamilton kota yang kondusif untuk belajar. :D Tidak terlalu banyak distraction, tidak bising, biaya hidup dan sewa rumah relatif lebih murah ketimbang di Auckland, udara yang bersih, tidak ada macet, kotanya tidak terlalu luas sehingga beberapa tempat relatif bisa dijangkau dengan bersepeda dan tidak sulit untuk mengingat nama jalan dan lokasi beberapa tempat di kota, tidak akan tersesat di kota ini :D. 


8 comments:

  1. Wow.. Very informative! :) Thanks Sayang! Jadi pengen ke Hamilton ini.. P.S. Rumahnya cantik.

    ReplyDelete
  2. Saya jadi ingat Kota Kecil Singleton dan Dubbo, yg rumahnya juga byk spt itu.

    ReplyDelete
  3. Nama kota Dubbo itu dari bahasa Aborigin kah pak Pur?
    @Ajiz : yuk mareee, kesini.. hehehe :D

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Saya ingin bertanya kenapa memilih New Zealand sebagai tujuan sekolah anda??

    ReplyDelete
  6. saya kepengen beli rumah di sini harus menghubungi siapa di new zeland?

    ReplyDelete