Saturday, July 26, 2014

Apa rasanya lebaran di rantauan? (PART 1)


Tahun ini akan jadi ke empat kalinya saya lebaran di rantauan (InsyaAllah jika sampai umur saya hingga lebaran.. Amiin).

Meriahnya lebaran dengan balon-balon 
Saya, Sidrah, dan Galih
Lebaran pertama di rantau adalah di tahun 2008 ketika saya sedang academic exchange di Amerika Serikat. It was really tough back then. Saya tidak pernah lebaran jauh dari rumah sebelumnya. Saya masih ingat waktu itu saya, Galih dan Sidrah bangun pagi sekali untuk berangkat sholat Ied. Di luar masih sangat sepi dan berkabut ketika kami beranjak dari apartemen. Dunia luar nampak sama, tidak ada yang spesial, lengang di pagi hari, tidak ada yang "khas" seperti suasana lebaran di Indonesia. Suasana lebaran sendiri baru terasa ketika ketika kami mendekati Carson city center, tempat pelaksanaan sholat Ied. Rasanya haru sekali melihat brothers dan sisters yang sudah ramai berkumpul. Lokasi sholat pun di dekorasi dengan banyak balon, unik dan membuat suasana Ramadhan ceria. Saya sendiri bersyukur sekali bisa menjalani lebaran kala itu dengan Sidrah, Galih, dan Hamzah, sebentuk keluarga baru di tengah perjuangan menuntut ilmu di Amerika. Lalu apakah lebaran di Amerika jadi hari libur? Tidak untuk California, lebaran kebetulan bertepatan dengan weekday, tidak ada libur. Saya ingat sekali sepulang dari KJRI Los Angeles, saya masih harus ujian tengah semester. Jadi bisa dibilang libur lebaran a la Indonesia sangat mewah, seminggu menjelang lebaran dan seminggu pasca lebaran. Saya juga ingat hari itu saya tergugu menangis menelpon mama, dan sempat panik karena laptop saya tidak bisa tersambung dengan wifi di apartemen. Dramatis banget pokoknya.




Semua anggota keluarga gotong royong bikin buras 
Lebaran kedua saya di rantauan adalah ketika saya bertugas di Kab. Paser sebagai Pengajar Muda di tahun 2012. Kala itu saya bertugas di sebuah desa yg bernama Suliliran, lebih dikenal dengan nama Blebak. Lebaran kali ini tentunya dengan kemewahan libur a la Indonesia. Jadi saya punya banyak waktu untuk menghayati persiapan lebaran. Saya ingat betapa menariknya terlibat dalam mempersiapkan menu penganan lebaran khas bugis yaitu Buras. (FYI Paser merupakan daerah yang multikultural, khususnya desa tempat saya bertugas yg merupakan desa dengan komposisi dari berbagai suku antara lain Paser, Bugis, Sunda, dan Jawa). Saya sendiri tinggal dengan hostfam yang merupakan kombinasi Paser-Bugis.


Ikatan Buras Simpul Pita a la Rini :D
Nah kembali ke Buras, semua anggota keluarga terlibat dalam pembuatan buras ini karena cukup rigorous. Jadi, kakek, nenek, bibi, ibu, dan bapak semua sibuk sekali di dapur. Saya pun tak mau ketinggalan. :D Nah Buras ini merupakan ketan yg pertama-tama dimasak setengah matang, lalu di bungkus daun, diikat dengan erat, kemudian direbus. Saya agak kesulitan untuk mengikat buras. Awalnya saya mengikat buras dengan simpul pita yang manis. Hal ini membuat kakek tersenyum dan menjelaskan bahwa Buras harus diikat dengan keras agar tidak hancur ketika direbus. :D Oops. But, it was really fun! I was really engaged and was so happy that I learn how to make Buras. Buras ini nantinya di makan dengan ayam bumbu merah, yg maknyuuus.. Aaah, saya lagi pengen makan buras dengan ayam bumbu merah nih..

Buras yang siap direbus

Buras dengan Ayam Bumbu Merah dan Abon Ikan siap disantap
Selanjutnya, malam takbiran cukup bising karena murid-murid saya sibuk sekali menyalakan petasan.. Suara petasan bersahut-sahutan dengan lantunan takbir dari mesjid. Saya mulai dihinggapi perasaan galau ketika mendapat SMS dari kembaran yang bilang di rumah sepi sekali, hanya dia dan papa. Seketika saya langsung mellow, merasa bersalah telah memutuskan untuk tidak mudik. :'( Terbayang wajah sendu papa saya yang selalu menyimpan perasaannya dalam diam. Man, I cried a river at that time. Kirain yah, karena ini lebaran kedua di rantauan, saya tidak akan sentimentil begitu, eeh ternyata pecah juga pertahanan saya.
Saya menyantap nasi kuning, salah kuliner yang disajikan

Saya dan murid-murid ketika berkunjung ke rumah warga
Bagaimana lebaran besoknya? Alhamdulillah berkesan sekali. Saya dan murid-murid berkunjung ke nyaris hampir tiap rumah di desa, di tiap rumah setidaknya makan satu mangkok soto banjar, atau gado-gado, atau buras. Luar biasa perut saya rasanya mau meledak setelah mendatangi rumah ke empat. :D hehehehe.

Oh ya, di hari kedua lebaran di Paser, ada event yang cukup populer di Pasar Tradisional Paser Belengkong. Warga dari berbagai desa dan Tanah Grogot mengunjungi Pasar Tradisional untuk wisata kuliner atau sekedar menikmati pertunjukan seni tari di Museum Paser Belengkong.



Tari-tarian yang dipertunjukkan di Museum Paser Belengkong




Narsis bersama para penari yang cantik :D

3 comments:

  1. Mba Rini, its me Asep Haryono Pontianak. COngratulations for your wedding ya Hieiehiehiee I am pleased to hear that wonderful news. Desember lalu ya acaranya? Semoga menjadi Keluara yang Sakinah, Mawahdah dan Warohmah ya. Salam kami sekeluarga di Pontianak. Kalimantan Barat. Indonesia. Kalau bisa kontek WA dan BB silahkan ya. (Asep Haryono - @Dian Mayasari : Oh ya kah? Alhamdulillah. Sukur deh kalau sudahh sip. Selamat buat mba Rini dan Mas Arif Zuhdi. COngatulations to them. Iya belum tau kabarnya Tau tau juga dari blognya mba Dian aja heihehiehiee. Insya Allah saya akan segera meluncur ke Blogya mba Rini dan Faceboknya Mas Zuhdi. Keep up the good work ya. Kalau sempat add WA dan PIN BB aku ya Hieiheihehiehiehiehieie. (Asep Haryono - WA : 08977749155 | PIN : 7DD940F1 ))

    ReplyDelete
  2. Amiiiin... Makasih mas Asep. Udah saya add yah pin bb nya.. :) Let's keep in touch.

    ReplyDelete